إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikatNya berselawat (memberi segala penghormatan dan kebaikan) kepada Nabi (Muhammad SAW); wahai orang-orang yang beriman berselawatlah kamu kepadanya serta ucapkanlah salam sejahtera dengan penghormatan yang sepenuhnya.
Surah al-Ahzab 33:56
Tuan puan sekalian. Kita dengar ayat ini paling kurang sekali dalam seminggu khususnya kaum lelaki yang hadir dalam setiap khutbah Jumaat. Sila tekan pautan di atas untuk membaca beberapa tafsir. Supaya kita faham maksud berselawat kepada Nabi Muhammad SAW. Iaitu MEMUJI ya tuan puan. Bagaimana caranya? Rasulullah sudah ajar;
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على آل إبراهيم إنك حميد مجيد، وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على آل إبراهيم إنك حميد مجيد
Allah suruh kita PUJI Muhammadﷺ. Allah tidak suruh kita PUJA Muhammadﷺ . Allah tidak suruh kita MENDEWAKAN Muhammadﷺ ya tuan puan. Allah tidak suruh kita SEMBAH Muhammadﷺ. Allah tidak suruh kita MENUHANKAN Muhammadﷺ. Ketahuilah sikap memuja seseorang akan membawa kita kepada mendewakan seterusnya akan membawa kita menyembah lalu menuhankannya tanpa sedar.
Surah Al-Ahzab 33:56 di atas juga telah kita kongsikan sebelum ini. Tolong baca tafsirnya. Supaya tidaklah kita ini menjadi golongan yang melampau dalam beragama sehingga apabila menuturkan kata, kita musykil;
- Firman Allah yang mana dirujuknya?
- Hadith sahih mana diambilnya?
- Falsafah apa dipakainya?
- Mantik apa diguna olehnya?
- Kalam apa yang diputarbelit lidahnya?
5 persoalan di atas itu adalah soalan yang sama kita bentangkan dalam Bahagian 1 terbitan ini ya tuan puan. Sengaja kita ulang. Ada akal hendaklah kita guna dengan waras. Kita mohon perkara ini jelas ya tuan puan.
Baiklah tuan puan. Terbitan ini akan kita teruskan dengan membentangkan susunan keseluruhan ayat Surah An-Nuur dari ayat 34 hingga ayat ke 46. Tuan puan bacalah dengan hati yang tulus. Berlindunglah dengan Allah dari syaitan yang terkutuk. Dan dengan nama Tuhanmu, berdoalah supaya diberi kefahaman sebagaimana layak Tuhan Yang Maha Agung mengkehendaki kita sebagai hambaNya faham. Ayat-ayat 34 hingga 46 ini jelas saling berkaitan dan saling menjelaskan perihal cahaya yang dimaksudkan. Ia tiada kena mengena dengan perihal Nur Muhammad yang dijadikan sembang di masjid, surau dan kedai kopi ya tuan puan.

Surah An-Nuur Ayat 34 – 46
34
وَلَقَدْ أَنزَلْنَآ إِلَيْكُمْ ءَايَٰتٍ مُّبَيِّنَٰتٍ وَمَثَلًا مِّنَ ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلِكُمْ وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِينَ
Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh [MISAL / PERUMPAMAAN] dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
Surah An-Nuur 24:34
35
ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشْكَوٰةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ ٱلْمِصْبَاحُ فِى زُجَاجَةٍ ۖ ٱلزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّىٌّ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِىٓءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِى ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُ ۚ وَيَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْأَمْثَٰلَ لِلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. PERUMPAMAAN (misal) cahaya[Nya] Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang [rayau] seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN (misal) bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Surah An-Nuur 24:35
36
فِى بُيُوتٍ أَذِنَ ٱللَّهُ أَن تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا ٱسْمُهُۥ يُسَبِّحُ لَهُۥ فِيهَا بِٱلْغُدُوِّ وَٱلْءَاصَالِ
[Cahaya Allah itu bersinar dengan nyatanya terutama sekali] Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang,
Surah An-Nuur 24:36
37
رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَٰرَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ وَإِقَامِ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءِ ٱلزَّكَوٰةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ ٱلْقُلُوبُ وَٱلْأَبْصَٰرُ
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
Surah An-Nuur 24:37
38
لِيَجْزِيَهُمُ ٱللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا۟ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ يَرْزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
(Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
Surah An-Nuur 24:38
39
وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَعْمَٰلُهُمْ كَسَرَابٍۭ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ ٱلظَّمْـَٔانُ مَآءً حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَهُۥ لَمْ يَجِدْهُ شَيْـًٔا وَوَجَدَ ٱللَّهَ عِندَهُۥ فَوَفَّىٰهُ حِسَابَهُۥ ۗ وَٱللَّهُ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ
Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.
Surah An-Nuur 24:39
40
أَوْ كَظُلُمَٰتٍ فِى بَحْرٍ لُّجِّىٍّ يَغْشَىٰهُ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِۦ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِۦ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَٰتٌۢ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَآ أَخْرَجَ يَدَهُۥ لَمْ يَكَدْ يَرَىٰهَا ۗ وَمَن لَّمْ يَجْعَلِ ٱللَّهُ لَهُۥ نُورًا فَمَا لَهُۥ مِن نُّورٍ
Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.
Surah An-Nuur 24:40
41
أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱلطَّيْرُ صَٰٓفَّٰتٍ ۖ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُۥ وَتَسْبِيحَهُۥ ۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌۢ بِمَا يَفْعَلُونَ
Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Surah An-Nuur 24:41
42
وَلِلَّهِ مُلْكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ وَإِلَى ٱللَّهِ ٱلْمَصِيرُ
Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allah-lah kembali (semua makhluk).
Surah An-Nuur 24:42
43
أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُزْجِى سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُۥ ثُمَّ يَجْعَلُهُۥ رُكَامًا فَتَرَى ٱلْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَٰلِهِۦ وَيُنَزِّلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن جِبَالٍ فِيهَا مِنۢ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ وَيَصْرِفُهُۥ عَن مَّن يَشَآءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِۦ يَذْهَبُ بِٱلْأَبْصَٰرِ
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
Surah An-Nuur 24:43
44
يُقَلِّبُ ٱللَّهُ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِّأُو۟لِى ٱلْأَبْصَٰرِ
Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan.
Surah An-Nuur 24:44
45
وَٱللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَآبَّةٍ مِّن مَّآءٍ ۖ فَمِنْهُم مَّن يَمْشِى عَلَىٰ بَطْنِهِۦ وَمِنْهُم مَّن يَمْشِى عَلَىٰ رِجْلَيْنِ وَمِنْهُم مَّن يَمْشِى عَلَىٰٓ أَرْبَعٍ ۚ يَخْلُقُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Surah An-Nuur 24:45
46
لَّقَدْ أَنزَلْنَآ ءَايَٰتٍ مُّبَيِّنَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ يَهْدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan. Dan Allah memimpin siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.
Surah An-Nuur 24:46

Bagaimana tuan puan faham? Sudah baca tafsir yang pelbagai? Sudah jelas maksud ayat 35 Surah An-Nuur bila baca keseluruhan konteks ayat 34 hingga 46? Atau hati tuan puan terpaut dengan syubahat yang terkandung dalam buku Hakikat Insan, yang isi kefahamannya boleh dijengok dengan putar belit kalam di laman Facebook dan atau pelbagai terbitan kefahaman Nur Muhammad yang membawa kepada kegelinciran aqidah dalam pelbagai blog mahupun kitab karangan ulama tersohor?
Ulang Tayang Apa Di Sebalik Nur Muhammad
Tuan puan sekalian, sebelum kita ulas keseluruhan ayat Surah An-Nur dari 34 hingga 46, elok juga kita ulang tayang syubahat konsep Nur Muhammad yang telah diterangkan oleh Ustaz Noor Derus dalam Video 2 (Bahagian 1) sebelum ini;
Untuk membantu isi kandungan pembentangan tersebut, kita kongsikan juga slides yang telah dikongsikan oleh Sidang Kalam supaya tuan puan boleh memahami huraian dan penjelasan sang ustaz;
Tuan puan sekalian. Ini adalah kali ketiga kita bagi peringatan; SILA TONTON VIDEO DARI AWAL HINGGA AKHIR.
Sebab, kalau tuan puan masih belum tonton, barangkali tuan puan masih berkira-kira lagi; apa masalah dengan Nur Muhammad? Beginilah ya. Kalau kita faham betul-betul ayat-ayat 34 hingga 46 yang telah kita baca tadi, kita faham cahaya Allah, tetapi berdegil juga, maka eloklah baca ayat jujukan berikutnya; Ayat 47.
Ayat 47 ini adalah peralihan PENJELASAN cahaya hidayahNya dan keadaan orang yang mengimani berbanding yang mengingkarinya melalui perumpamaan (ayat 33-46), lalu diikuti ciri-ciri orang munafik, yang dijelaskan dalam jujukan ayat 48,49 dan 50;
وَيَقُولُونَ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلرَّسُولِ وَأَطَعْنَا ثُمَّ يَتَوَلَّىٰ فَرِيقٌ مِّنْهُم مِّنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ ۚ وَمَآ أُو۟لَٰٓئِكَ بِٱلْمُؤْمِنِينَ
Dan mereka berkata: “Kami telah beriman kepada Allah dan Rasul, dan kami mentaati (keduanya)”. Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.
Surah An-Nuur 24:47
Kita berhenti setakat ayat 47 ini dan cubalah ambil ibrah dari maksud zahir ayatnya secara umum.
Tuan puan fikirlah sendiri dengan akal yang waras. Mengaku beriman kepada Allah dan RasulNya, tetapi mendustakan kalam Allah, mendustakan sabda Nabi Muhammad SAW. Masih mencari jalan memutarbelitkan kalam Allah? Masih mahu cari jalan memutarbelitkan kalam Nabi Allah?
Masih mahu berpegang kepada kefahaman Nur Muhammad secara langsung atau tidak? Secara sedar atau tidak akhirnya akan membawa kita kepada fahaman dan kepercayaan yang penuh syubahat yang tiada asal dari Tuhan? Kita sedar atau tidak Allah itu adalah Sang Maha Pencipta Yang Tunggal? Kita faham atau tidak Muhammadﷺ itu adalah manusia yang telah diangkat darjatnya menjadi Rasullullah? Muhammadﷺ itu Rasullullah. Isa AS itu Rasullullah. Musa AS itu Rasullullah. Ibrahim AS itu Rasulullah. Kita faham atau tidak hakikat ini?
Atau kita hendak faham juga Muhammadﷺ itu adalah Nur Muhammad? Lalu kita bezakan; “Muhammad yang berada di Madinah itu, atau Muhammad yang berada di dalam diri awak itu? Awak berselawat kepada Muhammad yang di Madinah itu, atau awak berselawat kepada Muhammad yang berada dalam diri itu?” Pernah dengar ungkapan syubahat seperti ini? Pernah dengar ungkapan jauh lebih menyeleweng daripada ini? Kalau belum pernah dengar, cuba baca terbitan sebelum ini; Makrifatullah – Hakikat, Makrifat dan Martabat Tujuh. Barangkali tuan puan akan faham maksud kita ini.

Tadabbur Surah An-Nuur Ayat 34 – 46
Kalau tuan puan masih belum jelas maksud ayat 35 Surah An-Nuur bila baca keseluruhan konteks ayat 34 hingga 46, dan hati masih terpaut juga dengan syubahat Nur Muhammad dengan alasan konsep ini ada dalam kitab, kita cadangkan tuan puan mentadabbur Al-Quran dengan sebenar-benar tadabbur. Maksudnya, KAJI ALQURAN. Elok kita beri sedikit petua dari ORANG AWAM KEPADA AWAM;
- Sekurang-kurangnya telah khatam membaca / mendengar Al-Quran dengan mengetahui terjemahannya, secara berulang (lebih dari sekali);
- Baca keseluruhan Surah An-Nuur dengan mengetahui terjemahannya dan semak pelbagai tafsir yang muktabar;
- Dari tafsir para ulama itu, cuba susun kefahaman berdasarkan konteks ayat, khususnya jika kita tidak ketemui asbaabunnuzul ayat-ayat yang berkenaan, dalam kes ini adalah ayat 34 hingga 46.
Tuan puan bacalah dengan jiwa yang bersih, hati yang tulus. Mohonlah perlindungan dengan Allah dari bisikan dan godaan syaitan. Awali dengan menyebut nama Allah, mulakan kajian.
Kita akan menerangkan kefahaman AWAM kita. Cuma hendak pesan sikit. Kefahaman kita barangkali benar, barangkali salah. Kita tidak akan pernah tahu KEBENARAN MUTLAK kefahaman kita semasa hidup di dunia ini ya tuan puan. Sama macam kita tidak akan pernah tahu KEBENARAN MUTLAK kefahaman kita terhadap kefahaman ulama muktabar. Begitu juga, tulisan dan kefahaman para ulama yang muktabar itu pun kita tidak pernah akan tahu KEBENARAN MUTLAK kefahaman mereka yang pelbagai dan berbeza pandangan. Kita hanya boleh berharap dan berdoa agar kefahaman kita sejalan dengan kefahaman para ulama muktabar dan sejalan dengan kefahaman para sahabat dan pengikut sahabat dan sejalan dengan jalan Nabi Muhammad SAW. Dan kita hanya mampu memohon ampun kepada Allah jika kefahaman kita salah.
Baiklah. Berdasarkan maksud ayat, terjemahan dan tafsiran para ulama muktabar, kita cuba bina rangka kefahaman Ayat 35 dalam konteks ayat 34 hingga ayat 46 dari Surah An-Nuur itu sebegini sebelum memulakan huraian, supaya kita dapat membersihkan hati kita dari syubahat Nur Muhammad oleh golongan yang menculik ayat 35 itu sebagai dalil kepercayaan mereka.
Inilah rangka huraian asas yang ingin kita kemukakan;

Sebagai pembuka huraian, biarlah kita jelaskan sekali lagi bahawa ayat 35 surah An-Nuur itu tidak boleh dan tidak layak dijadikan dalil Nur Muhammad. Ayat 35 itu adalah ayat perumpamaan Allah menerangkan cahayaNya, iaitu pertunjuk dariNya kepada manusia sejagat. Ayat 34 adala pembukanya manakala ayat 46 adalah penutup kepada PENJELASAN Allah bagi orang yang bertakwa kepadanya;
لَّقَدْ أَنزَلْنَآ ءَايَٰتٍ مُّبَيِّنَٰتٍ
Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan.
– petikan Ayat 34 dan 35 Surah An-Nuur
Perhatikanlah bahawa rangkap لَّقَدْ أَنزَلْنَآ ءَايَٰتٍ مُّبَيِّنَٰتٍ itu zahir dalam kedua-dua ayat 34 dan 46. Bagaimana Allah menjelaskan? Bagaimana Allah menerangkan kepada kita? Ia dimulakan dengan memaklumkan dalam ayat 34;
وَمَثَلًا مِّنَ ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلِكُمْ وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِينَ
dan [iaitu dengan] contoh-contoh [MISAL / PERUMPAMAAN] dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
Jadi kita kena faham ya tuan puan. Bila baca AlQuran, jangan jadi ‘literalist’. Allah mengajar kita melalui ayat ini, bahawa terdapat pelbagai perbuatan dan akidah umat terdahulu, yang baik dan yang buruk boleh kita ambil pelajaran dari AlQuran. Allah sebut مَثَلًا (contoh / misalan).
Lalu apabila kita mula membaca ayat selanjutnya, iaitu ayat 35, Allah lanjutkan pula; مَثَلُ نُورِهِ (perumpamaan cahayaNya) dan menerangkan metafora sifat cahaya yang berasal dari nyalaan api minyak zaitun didalam balang kaca pelita terletak di dalam misqat (lubang yang tidak tembus). Dalam ayat 35 ini juga Allah menegaskan sekali lagi;
وَيَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْأَمْثَٰلَ لِلنَّاسِ
dan Allah memperbuat PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN (misal) bagi manusia
– petikan sebahagian Surah An-Nuur 24:35
Maksudnya apa? Cahaya, sifat cahaya yang memberi petunjuk kepada manusia dan betapa jelasnya petunjuk itu dengan sifat CAHAYA ATAS CAHAYA yang dinyatakan dalam PERUMPAMAAN itulah petunjuk yang membawa manusia kepada Allah. Cahaya DAN cahaya-atas-cahaya itu merujuk kepada hidayah Allah, sebagaimana telah dijelaskan dalam pelbagai tafsir para ulama. Hidayah dan petunjuk itu, secara zahir adalah dalam bentuk Kitabullah dan Rasulullah yang hadir dalam kalangan manusia sejak zaman berzaman dari Nabi Adam AS lagi. Bagi kita umat akhir zaman, Kitabullah kita Al-Quran yang dibawa dan disampaikan risalahnya oleh Rasulullah Muhammadﷺ. Itulah maksudnya.
Secara hakikatnya, Allah terangkan melalui perumpamaan minyak zaitun yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Sebab itu kita jumpa dalam tafsir para ulama, ia adalah merujuk kepada apa yang telah tertanam di dalam qalbu kita. Di alam roh lagi, kita sudah pun memperakui dan mengagungkan kebesaran Tuhan sebelum kita lahir di dunia ini. Inilah fitrah bagi setiap insan di dunia ini. Mereka mengaku adanya Tuhan biarpun ada di kalangan mereka lancang mulutnya tidak memperakui adanya Tuhan. Dari mana kita ketahui perkara ini? Dari kisah nyata yang berlaku dalam kehidupan kita hari ini. Dari kisah umat terdahulu yang dirakamkan dalam Kitabullah, termasuklah Al-Quran yang kita baca hari ini. Bila manusia terdesak tidak tahu bagaimana mereka ingin dapatkan pertolongan, kepada siapa manusia ini minta tolong?

Yang tertanam (diprogramkan) dalam ‘DNA setiap insan’ yang hidup ini Allah telah jelaskan kepada kita dalam Al-Quran;
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”
Surah Al-A’raf 172
Tuan puan sekalian. Kita hendak pusing tara mana lagi? Sunatullah sudah ditetapkan sejak azali, kita manusia ini memperakui kebesaran dan keagungan Tuhan. Inilah falsafah yang boleh kita nisbahkan perumpamaan ‘minyak zaitun yang kilaunya kelihatan’. Maksudnya, jauh di sudut hati manusia, secara fitrahnya memang sudah bersaksi keagungan dan kekuasaan Tuhan, sebab ia sudah tertanam dalam qalbu setiap insan. Itulah maksud persoalan kita lontarkan tadi;
Bila manusia terdesak tidak tahu bagaimana mereka ingin dapatkan pertolongan, kepada siapa manusia ini minta tolong?
Pakar psikologi pun tidak tahu dari mana datangnya fitrah manusia yang kembali mencari Tuhan. Fitrah ini boleh dibuktikan dalam kehidupan seharian kita ya tuan puan. Cuba bayangkan kita sedang berada di dalam kapal terbang yang sedang terhempas, kita minta tolong kepada siapa?
Bahkan, Allah sudah menjelaskan perihal ftirah manusia ini dalam Al-Quran;
وَاِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِى الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُوْنَ اِلَّآ اِيَّاهُۚ فَلَمَّا نَجّٰكُمْ اِلَى الْبَرِّ اَعْرَضْتُمْۗ وَكَانَ الْاِنْسَانُ كَفُوْرًا
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang semua yang (biasa) kamu seru, kecuali Dia. Tetapi ketika Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling (dari-Nya). Dan manusia memang selalu ingkar (tidak bersyukur)
Surah Al-Isra 17: 67
Inilah fitrah kejadian manusia. Sebab itu Allah mengajar kita supaya hanya meminta permohonan kepadaNya;
وَمَا بِكُمْ مِّنْ نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ثُمَّ اِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَاِلَيْهِ تَجْـَٔرُوْن
Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.
Surah An-Nahl 16:53
Sejarah peradaban manusia zaman berzaman memang sudah membuktikan, fitrah manusia itu memang mencari Tuhan. Itulah maksud perumpamaan minyak zaitun yang menjadi sumber cahaya pelita jika kita ini hendak berfalsafah sangat dengan seni kalam. Itulah maksud tersirat jika kita mahu berfalsafah tidak habis-habis dalam hidup ini. Usah biarkan akal kita ini terseleweng dengan perkara syubahat yang tiada asal dari kalam Allah.
Perumpamaan minyak zaitun itu tiada kena mengena dengan Nur Muhammad ya tuan puan. Memang ada ulama menisbahkannya sebagai Nabi Muhammad SAW yang kenabiannya sudah dikenali biarpun belum diabsahkan dengan penerimaan wahyu. Jika kita mahu ambil kefahaman sedemikian, memadailah setakat itu sahaja. Sebab apa? Itu hanya penisbahan saja kalau kita hendak fahami konteks bahawa memang AlQuran itu adalah risalah yang dibawa oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Jadi berhenti setakat itu saja. Kerana hakikatnya, kalau kita faham betul-betul ayat 35 itu, konteks ayat itu adalah perihal cahaya Allah, bukannya; “cahaya Nabimu” sebagaimana dakwaan sebahagian orang yang melampau dalam berkalam.
Usah belitkan lidah kita dengan gelaran Nur Muhammad pula. Kenapa kita ini berdegil sangat tidak mahu sebut Muhammadﷺ? Degil sangat tidak mahu sebut Rasulullah? Gelaran Nabi itu apa ya tuan puan kalau baca sirah Nabi? Sejak bila pula datangnya gelaran Nur Muhammad itu datang? Sejak bila? Tidak lain ianya dari puak yang karam dalam kalam. Pernah baca sejarah atau dengar syarahan berkenaan sejarah perselisihan akidah umat Islam sepanjang 15 abad?
Tuan puan sekalian. Biar kita tegaskan sekali lagi ya. CAHAYA dan CAHAYA ATAS CAHAYA itu bukanlah Nur Muhammad. Cahaya itu adalah hidayah Tuhan. Dan hidayah Tuhan itu TERPANCAR jelas terang benderang dari AYAT (tanda alam atau kalam Allah dalam AlQuran). Sebab itu Allah suruh kita memerhatikan alam ini (rujuk bahasan ayat-ayat 41, 42, 43, 44, 45 selepas ini) supaya kita memahami hakikat kehidupan. Fitrah manusia hidup ini mencari kebenaran (CAHAYA), bukannya kesesatan (GELAP).Yang menjadikan kita beriman atau kufur adalah pilihan yang Allah berikab; kita mahu hidup dalam cahaya (petunjuk) dari Tuhan atau kira mahu hidup dalam kegelapan (kesesatan).
Sekalipun kita gemar berfalsafah tentang roh, qalb, nafs, sirr dan sebagainya sebagaimana banyak tertulis dalam kitab, kita haruslah memahaminya dalam konteks ayat 35 itu sahaja. Bukannya memasukkan cerita penglipur lara yang tiada asal dari Al-Quran mahupun dari hadith sahih. Kegemaran kita berfalsfah dengan cerita dongeng dan nukilan hadith tiada asal atau hadith palsu itulah yang menyebabkan keracunan pemikiran dalam akidah kita dalam memahami ayat 35 Surah An-Nuur.
Yang kita kena fahami dari tadabbur ayat 35 ini adalah Tuhan menceritakan tentang diriNya. Tentang rahmatnya kepada seluruh alam. Kepada umat manusia dan segala makhluknya. Tanpa cahaya maka gelap gulitalah seluruh alam. Maka tiadalah makna alam itu. Itulah maksud Allah itu cahaya langit dan bumi. Itulah rahmat dan petunjuk kepada sekalian alam. Dari kerana petunjuk itulah maka Allah hanya mengizinkan (memerintahkan) kita supaya تُرْفَعَ (memuliakan) dan يُذْكَرَ (mengingati / menyebut) namanya, dirumah mahupun rumah ibadat (masjid / surau) setiap waktu pagi dan petang. Inilah yang disuruh oleh Allah dalam ayat 36 pula. Memuliakan Allah. Menyebut-nyebut nama Allah. Bukan menyebut-nyebut Nur Muhammad dalam qasidah, berzanzi, nasyid dan zikir. Kita faham atau tidak maksud zikrullah?
Orang yang takut kepada hari kiamat tidak akan lalai dari mengingati Allah. Lisannya menyebut nama Allah, bukan nama selainnya apabila berzikir. Inilah yang diterangkan dalam ayat 37. Mengapa demikian? Kerana dengan memuliakan Allah, mengingati dan menyeru Allah, kita mengharapkan balasan baik dari Tuhan kita, supaya Allah menambah kurniaanNya. Lalu apa Allah sebut dalam rangkap akhir ayat 38? Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. Inilah kurniaan Allah kepada orang yang mengikuti cahaya (petunjuk) dariNya.

Seperti yang telah kita jelaskan dalam Bahagian 1 sebelum ini, ayat 39 dan 40 itu adalah bandingan orang yang mengingkari cahaya Allah. Cahaya lawannya kegelapan. Petunjuk lawannya kesesatan. Kedua-dua ayat ini mengesahkan jaminan Allah berkenaan rahmatNya dan ancaman perhitungan kepada manusia yang mengingkariNya. PERUMPAMAAN (مَثَلُ) yang dalam 35 tadi diteruskan dengan seumpama / laksana dengan huruf كَ (kaf) dalam susunan perkataan كَسَرَابٍۭ بِقِيعَةٍ (laksana fatamorgana di tanah yang datar / padang pasir – ayat 39) DAN susunan perkataan كَظُلُمَٰتٍ فِى بَحْرٍ لُّجِّىٍّ (seperti gelap gulita di lautan yang dalam – ayat 40). Serupa jugalah dalam ayat susunan كَمِشْكَوٰةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ (seperti miskat yang di dalamnya ada pelita besar – ayat 35). Perhatikanlah ketiga-tiga PERUMPAAMAAN yang Allah jelaskan ya tuan puan sekalian.
Ayat 39 menjelaskan berkenaan golongan ingkar yang terpedaya dengan harapan palsu yang mereka ada-adakan. Tidakkkah kita pernah terfikir kepercayaan Nur Muhammad yang sohor dalam kebanyakan tarekat itu adalah harapan palsu tiada asal?
Ayat 40 itu pula adalah perumpamaan orang yang tidak mendapat cahaya. Pernah tonton dokumentari keadaan gelap gulita di lautan dalam? Tahu betapa gelapnya? Apatah lagi jika dilitupi ribut badai ombak (ombak di atasnya ombak) atau gelombang di atas gelombang dan dilitupi awan? Faham atau tidak gelapnya dunia? Begitulah gelapnya hati dan hidup orang yang tidak mahu mengikuti cahaya Allah sebagaimana dijelaskan dalam Ayat 35. Ia adalah cahaya Allah. Ia adalah petunjuk Allah. Falsafah dan mantik apa yang kita pakai sehingga kita GAGAL FAHAM memahami perkaitan dalam tiga perumpamaan yang Allah berikan kepada kita dalam ayat 35, 39 dan 40? Bagaimana kalam kita boleh terbelit dengan cerita penglipur lara tiada asal dalam memahami PERUMPAMAAN yang Allah jelaskan kepada kita alam Kitabullah?
Sebab itu kalau kita telusuri ayat 41 berikutnya Allah menegaskan apa yang ada di langit dan dibumi menyucikan (يُسَبِّحُ) Allah. Bagaimana kita manusia ini hendak menyucikan Allah jika hati kita terpaut dengan nama Nur Muhammad yang Allah tidak pernah menyebutkannya, yang Nabi Muhammad SAW tidak pernah menisbahkan nama itu kepada dirinya? Dalam carta yang telah kita kemukakan di atas tadi, kita menyerlahkan beberapa kata kunci apabila Allah menerangkan tentang diriNya lebih lanjut; 42 (Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allah-lah kembali (semua makhluk); 43 (bahwa Allah mengarak awan); 44 (Allah mempergantikan malam dan siang); dan 45 (Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air). Lalu Allah menegaskan;
يَخْلُقُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Petikan Surah An-Nuur 24:45
Kita faham atau tidak setelah Allah memberikan tiga perumpamaan, Allah menegaskan Dialah Yang Maha Suci, Dialah Sang Maha Kuasa yang memiliki segala-galanya, kepadaNyalah semua makhluk kembali atau bergantung harap, Dialah Maha Pentadbir alam ini dan Dialah Sang Pencipta Tunggal yang Maha Agung?
Bagaimana golongan melampau dalam memuja Nur Muhammad ini mendapat dalil segala sifat dan keagungan Allah itu diserahkan kepada Nabi Muhammad SAW, diserahkan pula kepadi Saidina Ali RA, diserahkan pula kepada para wali yang menjaga alam ini? Bagaimana mereka yang mendakwa mabuk kepayang cinta kepada Tuhan ini membiarkan saja kekuasaan dan keagungan Allah diberikan kepada selain dariNya? Bagaimana pula pihak yang membela puak-puak ini boleh menutup sebelah mata perihal kegelinciran aqidah Nur Muhammad ini?
Falsafah, mantik dan kalam jenis apakah yang sedang dibiarkan oleh berleluasa oleh golongan penguasa dan cerdik pandai agama sejak awal abad ke-4 hingga abad ke 15 Hijrah ini?
+SANGfikir
Dan mereka masih menganggap orang awam ini jahil? Mahu juga disogokkan dengan alasan fahaman Nur Muhammad ini ikhtilaf ijma’? Khilaf apakah ini jika ia berpunca dari hawa nafsu memutar belitkan kalam dari Al-Quran dan hadith? Masih lagi memomokkan masyarakat dengan dakwaan perkara khilafiyah? Seolah-olah semua orang awam sekaliannya tidak cerdas memahami kitab? Sedangkan orang awam yang menjauhkan pemikiran syubahat ini juga mengambil pendapat muktabar dari para ulama yang menentang penyelewangan ini? Adakah para ulama yang tidak sependapat dengan mereka ini juga jahil? Adakah para salafus soleh yang berada di jalan Nabi itu juga jahil kerana tidak pernah menjaja kefahaman Nur Muhammad ini pada zaman mereka? Tahukah kita kefahaman syubahat ini muncul selari dengan Al-Hallaj? Tahukah kita syubahat ini muncul di abad keberapa? Tahukah kita para ulama yang menentang pemikiran ini sebaik ia muncul di akhir abad ke-3 Hijrah? TAHUKAH KITA?
Begitu sukar sekali bagi kita ini faham kalam Allah dalam ayat 46 dalam akhir kelompok tema ayat-ayat Surah An-Nuur ini?;
لَّقَدْ أَنزَلْنَآ ءَايَٰتٍ مُّبَيِّنَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ يَهْدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan. Dan Allah memimpin siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.
Surah An-Nuur 24:46
Tuan puan fikirkanlah. Bagaiamana kita ini hendak tergolong yang dipimpin oleh Allah kalau kita biarkan diri kita terbelenggu dengan syubahat tiada asal dalam beraqidah? Kita hendak ikut kalam tok guru atau kita hendak ikut kalam Allah? Kita masih mahu dengar kata tok guru “kembali kepada Al-Quran dan kembali kepada hadith sahih” itu sesat? Tuan puan nilai sendirilah dengan jujur ya.

GAGAL FAHAM Nur Muhammad?
Tuan puan sekalian. Nanti ada yang berkata Nur Muhammad ini ada dalam karangan para ulama zaman silam dan mereka yang menukil dari kitabnya. Kita hendak jawab apa? Siapa yang GAGAL FAHAM ini sebenarnya?
Tuan puan sekalian tahu dari mana datangnya kalam GAGAL FAHAM ini? Biasa dengar?
Berkenaan GAGAL FAHAM ini tuan puan, elok kita hidangkan selingan video terlebih dahulu sebelum merumuskan perihal Nur Muhammad dalam kitab-kitab.
Video di bawah ini umum ya tuan puan. Ia tidak berkait langsung dengan Nur Muhammad, tetapi ia berkait secara tidak langsung dengan terbitan kepercayaan Nur Muhammad. Video ini berkaitan cara memahami nas dan betapa jeliknya pemikiran GAGAL FAHAM. Tonton dahulu ya;
Video 8
Sila tonton dahulu ya tuan puan. Nilai sendiri dengan jiwa yang bersih dan pemikiran yang adil ya. Siapa yang GAGAL FAHAM? Cuma kita nak tanyalah. Kita pengikut cara fikir Assyairah AlMaturiyah ini, patutkah kita GAGAL FAHAM cara guna akal yang waras dalam berhadapan dengan perbezaan pendapat seperti ini? Fikir-fikirkanlah.
Mari kita uji sama ada kita masih GAGAL FAHAM juga dengan menonton video berikut pula;
Video 9
Ilmu rahsia Nur Muhammad yang diajar oleh Dr. Arrazy Hashim ini mirip apa yang terkandung dalam buku Hakikat Insan juga ya tuan puan. Sekarang tuan puan fikirkanlah ya. Setelah tadabbur ayat 35 surah An-Nuur, setelah melihat konteks maksudnya dalam kelompok ayat 34 hingga 46, adakah tuan puan boleh terima ilmu rahsia di atas itu sebagai kebenaran atau ia sememangnya dongeng penglipur lara? Kemabukan cinta apakah ini? Culik sana sini kalam Allah, lalu jadikan bahan rahsia Nur Muhammad, ini kita kata ikut jalan Nabi?
Apa pilihan tuan puan sekalian? Sudah faham atau GAGAL FAHAM juga?
Kita bagi pautan ke laman web Nurmuhammad.com dan Saltanat.org yang dinisbahkan kepada Syaikh Nazim Al-Haqqani yang sering dijadikan rujukan seluruh dunia oleh mereka yang kononnya mabuk kepayang cinta kepada Tuhan. Tuan puan nilailah sendiri perangai puak-puak yang suka culik ayat Al-Quran sana sini, tebuk sana-sini, lalu dicantumkan jadi dongeng ‘insan kamil’ dalam mabuk mereka. Ramai terpedaya dengan belitan puak-puak ini. Sebab apa? Sebab tidak mahu tadabbur AlQuran. Baca pun tak faham;
- Nak faham macam mana kalau bahasa Arab pun tak faham?
- Nak faham macam mana kalau TERJEMAHAN 30 juzuk Al-Quran pun tidak pernah habis?
- Nak faham macam mana kalau baca TAFSIR Al-Quran pun tidak pernah?
Sebab apa lagi? Sebab ikut dongeng tok guru; hendak mencapai makrifatullah kena ikut mursyid katanya; “Jangan banyak tanya, siapa yang banyak tanya maka lemahlah imannya”. Puak-puak inilah yang memandang rendah bukan hanya kepada orang yang ikut syariat, malah para ulama, tok guru dan ustaz yang mengajar ilmu syariat pun dipandang lekeh oleh mereka. Puak-puak inilah yang melarang orang awam tadabbur Al-Quran. Takut sesat katanya. Kita hendak tanyalah. Tok guru yang ajar kemabukan Nur Muhammad itu; mereka itu ahli tadabbur, atau mereka itu akalnya berterabur?
Faham atau tidak lontaran kita itu? Atau, GAGAL FAHAM?
Beginilah ya. Sama ada tuan puan sudah faham syubahat Nur Muhammad dalam masyarakat kita ini, atau tuan puan sendiri GAGAL FAHAM kalam Allah dalam AlQuran, atau tuan puan menganggap si tukang tulis ini yang GAGAL FAHAM, itu terpulanglah ya tuan puan sekalian. Kalau tuan puan hendak hidup ini bergantung harap semata-mata kepada para penguasa agama untuk menjaga aqidah tuan puan, ya silakanlah. Biarpun jika penguasa itu membiarkan kepercayaan Nur Muhammad ini disebar meluas dalam masyarakat Islam (atas alasan untuk penelitian, tanpa sebarang penjelasan ia perkara yang haq atau batil), tuan puan masih mahu berharap lagi? Hendak kata apa lagi?
Faham atau tidak lontaran kita itu? Atau, GAGAL FAHAM?
Faham atau tidak, ketahuilah bahawa pegangan tuan puan bukan urusan kita. Urusan kita adalah membentangkan pelbagai pandangan yang berbeza, supaya kita yang mendakwa diri Aswaja+AAA ini cerdik menggunakan akal. Tetapi kalau tuan puan hendak berpegang ajaran tok wali bahawa ‘iman tidak boleh dicapai dengan akal’, maka tanggunglah sendiri. Seolah-olah kita ini tidak pernah dengar suruhan Tuhan supaya berfikir. Seolah-olah kita tidak pernah faham Al-Quran yang kita khatam beramai-ramai setiap kali datangnya Ramadhan. Bukan main lagi ya kita bahagi-bahagi baca ikut juz dengan kawan-kawan. Biasa buat?
Kita ini jenis guna akal atau jenis buang akal?
Tinggalkanlah Syubahat Nur Muhammad
Baiklah tuan puan sekalian. Kita sudah menghampiri rumusan. Tadi kita sudah tayangkan Video 9 berkenaan dakwaan rahsia Nur Muhammad, maka sekarang kita berhasrat tayangkan pula ‘antidote’;
Video 10
Macam mana tuan puan? Kalam sang ustaz tadi menjadi ‘antidote’ atau ianya menjadi racun dalam pemikiran tuan puan?
Macam mana tuan puan? Kedua-dua Dr. Arrazy Hashim (Video 9) dan Noor Derus (Video 10) masing-masing adalah ustaz ya tuan puan. Masing-masing dakwa ada dalil. Masing-masing dakwa ambil ilmu dari para ulama.
Lalu kita hendak tanya. Tuan puan sekalian masih GAGAL FAHAM atau SUDAH FAHAM lontaran kita sebelum ini;
Beginilah ya tuan puan sekalian. Kalau kita hendak ambil semua yang ada dalam kitab sebagai benar mutlak, kalau kita hendak ambil semua kalam para ulama sejak abad pertama hingga abad kini semuanya itu sebagai mutlak belaka, maka jadilah caca merba akidah kita semuanya. Kita hendak ikut yang mana kalau semua yang ada dalam kitab dianggap benar secara mutlak? Boleh fikir?
petikan Nur Muhammad dan Penjelasan Berkaitan Aqidah Islam (1)
Faham? Atau masih GAGAL FAHAM?
Begini ya tuan puan sekalian. Dalam bahagian Tadabbur Surah An-Nuur Ayat 34 hingga 46, kita sepatutnya faham bahawa kesuluruhan himpunan ayat, termasuk ayat 35 adalah seputar HAKIKAT TUHAN; hidayahNya, petunjukNya, cahayaNya. Kita tegaskan sekali lagi, ayat 35 itu tidak layak dijadikan dalil Nur Muhammad. Ayat 35 itu Allah menerangkan tentang CAHAYA ALLAH. Hakikat Tuhan. Bukannya Hakikat Muhammadiah yang mirip seperti ‘Hakikat Isawiyah’ yang diada-adakan dalam The First Council of Nicea ya tuan puan sekalian.
Jika kita hendak menisbatkan ayat 35 itu kepada Nabi Muhammad SAW, itu tiada masalah iaitu; RASULULLAH MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM adalah utusan yang menyampaikan ayat 35 itu kepada manusia sejagat. Itu saja. Kita ulang sekali lagi;
Muhammadﷺ itu adalah manusia yang telah diangkat darjatnya menjadi Rasullullah? Muhammadﷺ itu Rasullullah. Isa AS itu Rasullullah. Musa AS itu Rasullullah. Ibrahim AS itu Rasulullah.
HIDAYAH; Cahaya Allah itu dipancarkan menjadi CAHAYA DI ATAS CAHAYA oleh para Rasul yang diutus Allah SWT kepada umat manusia. Kitab Taurat, Zabur, Injil dan AlQuran itulah itulah CAHAYA DI ATAS CAHAYA. Itulah CAHAYA ATAS CAHAYA kalau memang kemaruk sangatlah kita hendak berfalsafah, bermantik dan bermain seni kalam. Itulah cahaya Allah; petunjuk, hidayah, kitab Allah, kalam Allah sebagai cahaya yang terang benderang (cahaya di atas cahaya) yang sampai seluruh umat manusia sejak Nabi Adam AS, sehingga kepada pengetahuan kita hari ini melalui para Nabi, ulama dan ustaz.
Lalu kenapa kita tidak pernah sebut Nur Ibrahim, Nur Musa, Nur Isa, Nur Ulama, Nur Ustaz? Kenapa lidah tidak bertulang kita ini jadi bercabang pula tidak lekang dari sebut Nur Muhammad pula? Kita sedang buat apa ya tuan puan sekalian? Kita semua ini sedar atau tidak beza PUJI (berselawat ke atas Nabi) dengan PUJA, menDEWAkan, SEMBAH, men-TUHAN-kan makhluk? Kita tidak pernah tadabbur berulang-ulang kalam Allah dalam Al-Quran melarang manusia menyekutukan Tuhan? Kita ini tahu guna akal?
Faham, atau masih GAGAL FAHAM?
Kita tidak pernah mendengar hadith;
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:
«لاَ تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ، وَلَكِنْ قُولُوا: عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ»
Janganlah kamu melampau-lampau memujiku sebagaimana kaum Nasrani melampau-lampau memuji Isa ibn Maryam. Tetapi katakanlah: hamba Allah dan rasul-Nya.
Sahih Bukhari
Faham, atau masih GAGAL FAHAM?
Mereka yang GAGAL FAHAM inilah lazimnya lancang mulut mereka memutarbelitkan maksud Surah Al-Ikhlas, sehingga membawa maksud yang menyeleweng dari maksud asal. Itu belum lagi pelbagai ayat AlQuran lain yang diputar belitkan maknanya. Pernah dengar perkara ini? Sila tonton Video 10 di atas dari awal hingga akhir ya tuan puan.
Tuan puan sekalian, sekarang fikirkanlah kembali lontaran yang telah kita berikan dalam Bahagian 1;
- Ada yang kata ia cuma isu furu’ (ranting);
- Ada yang kata ia isu ushul (pokok);
Jadi, apa kata tuan puan sekalian?
Jangan kata pula ramai para ustaz cerita perihal Nur Muhammad dalam masjid, surau dan kedai kopi. Ustaz dah kata macam tu, takkanlah salah pula? Jadi kita nak tanya. Sudah habis mengajikah dengan ustaz lain? Tidak pernah dengarkah ada ramai pula ustaz lain sebut kefahaman Nur Muhamamad itu batil? Kita ini hidup zaman apa? Tidak pernah dengar pasal internet? Tidak pernah dengar beza pendapat? Tidak mahu kata pula para ustaz yang mengatakan Nur Muhammad itu tiada asal itu benar? Ustaz, takkanlah salah pula? Mahu guna mantik; asal ustaz sebut saja mesti betul? Kalau dua-dua ustaz yang sokong dan bantah Nur Muhammad itu betul, kita nak pakai yang mana? Hendak kata perkara khilaf juga? Itu saja modal yang kita ada?
Atau mahu duduk atas pagar tanpa pendirian? Boleh pakaikah alasan ini kalau sudah terang benderang cahaya Allah (CAHAYA DI ATAS CAHAYA / cahaya yang berlapis-lapis) menyuluhi hidup kita dengan membaca (dengan MEMAHAMI; bukan setakat berlagu ikut tajwid sahaja ya) dan mengkaji AlQuran? Atau kita simpan saja dalam almari hiasan lalu mengharapkan cahaya itu mendatangi kita? Atau bermacam aplikasi kita ada dalam telefon pintar namun tiada satu pun aplikasi terjemahan, tafsir dan asbaabunnuzul kita ada? Begitu sekali kita berpaling dari cahaya Allah? Masih mahu teruskan juga hidup ini BERGELAP DI DALAM GELAP (gelap gulita yang berlapis-lapis / tindih-bertindih)?
Sebab itu kita ajak tuan puan sekalian guna akal. Kita ajak tuan puan belek Al-Quran. Belek hadith sahih. Faham dengan akal yang waras. Jangan asal ada dalam kitab kita telan. Asal keluar dari mulut ustaz, asal keluar dari mulut tok guru kita telan. Akal kita ini hendak letak mana?
Faham, atau masih GAGAL FAHAM?

Akhirul Kalam
Sebagai rumusan, inilah nasihat kita perihal Nur Muhammad yang telah lama dibiarkan bergentayangan dalam masyarakat Islam kita;
WAHAI ORANG AWAM; Jauhilah perkara yang tiada asal dalam agama. Tinggalkanlah golongan mabuk kepayang dan melampau dalam beraqidah. Konsep, kefahaman dan kepercayaan Nur Muhammad ini tiada asal dalam agama Allah. Kembalilah kepada AlQuran. Kembalilah kepada hadith sahih. Fahami konteks ayat dan konteks riwayat dengan akal yang waras. Kita semua adalah Aswajaa+AAA sama ada suka atau tidak, bukan? Inikan perkara yang ditanam setiap minggu dalam khutbah Jumaat, bukan? Dalam urusan fekah, kita diajar ikut imam 4 mazhab khususnya Imam As-Syafie, bukan? Lalu kita diajar supaya ikut jalan Assyairah dan AlMaturidiyah supaya pandai bermantik dan berkalam dalam memahami aqidah, bukan? Lalu kita diajar mengikut jalan Al-Ghazali dalam urusan tasawuf, bukan? Kita tahu atau tidak beza aqidah dan tasawuf? Perihal Nur Muhammad ini urusan aqidah atau tasawuf? Masih mahu terpedaya lagi dengan dakwaan kalam gagap golongan mabuk kepayang cinta Allah dan Rasullullah dengan cara yang batil? Boleh agak soalan-soalan seterusnya jika mahu kita diteruskan? SILA GUNA AKAL. Otak biar cerdas;
Berfalsafah biar tegap,
bermantik biar cekap,
berkalam biar mantap.
+SANGfikir
WAHAI PENGUASA DAN CERDIK PANDAI URUSAN AGAMA; Kamu sekalian hendak biarkan umat Muhammadﷺ ini dengan Nur Muhammad?
TANGGUNGJAWAB. Pernah fikir?
ALLAH MAHA MENGETAHUI SEGALA SESUATU.
Comments
[…] cara memutar belitkan kalam Allah. Ajar manusia ‘MIND YOUR HEAD’ tetapi diajak pula bermabuk kepayang dengan cinta palsu. Macam-macam ya tuan puan […]
[…] tidak selesai juga. Yang suka takwil jadi ISTAWLA itu pun, tidak selamat juga dari kefahaman Nur Muhammad sebab salah cara takwil. Faham sangatlah aqidah, begitu? Yang tidak takwil ISTAWA itu pun macam itu […]
[…] puan sekalian. Dalam terbitan Nur Muhammad dan Penjelasan Berkaitan Aqidah Islam (2), kita ada menerangkan sifat cahaya pelita yang terbias dengan balang kaca dan dipantulkan pula oleh […]
[…] Tuan puan sekalian. Dalam terbitan KELUAR KEPOMPONG: Bebaskan Dirimu Dari Dibelenggu, kita sudah memberikan beberapa kaedah awam untuk meluruskan cara beragama, termasuklah isu yang dianggap hal furu’ aqidah; Nur Muhammad dan Penjelasan Berkaitan Aqidah Islam (1) dan Nur Muhammad dan Penjelasan Berkaitan Aqidah Islam (2). […]
[…] Nur Muhammad dan Penjelasan Berkaitan Aqidah Islam (2); […]
You must log in to post a comment.